Evaluasi dan Pengendalian Pemasaran dalam Manajemen Pemasaran Pelayanan Kesehatan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.1.
Latar
Belakang Masalah
Selama ini banyak yang kurang mengerti
dengan pengendalian pemasaran, terutama pada perusahaan, baik yang mengunakan
profit maupun non profit. Padahal hal ini sangatlah penting bagi perusahaan
agar bisa lebih terorganisir dan memaksimalisasikan perencanaan sebelumnya.
Bisa kita lihat pada perusahaan yang pemasarannya kurang cepat, ini akan
berdampak pada prestasi perusahaan yang akan anjlok. Karena perusahaan
dibiarkan begitu saja dalam melaksanakan operasi pemasaran. Maka dari itu kami
dari pemakalah ingin mengulas tentang pengendalian pemasaran ini.
Berhasil
tidaknya pelaksanaan kegiatan pemasaran suatu organisasi atau perusahaan sangat
tergantung pada kemampuan pimpinan untuk mengarahkan dan mengendalikan semua
kegiatan pelaksanaan di bidang pemasaran. Pengendalian pemasaran merupakan
dasar yang penting bagi keberhasilan usaha di bidang pemasaran khususnya
organisme atau perusahaan. Untuk keberhasilan usaha, pimpinan harus membuat
keputusan, baik mengenai perencanaan, kegiatan maupun pelaksanaan kegiatan dan
pengendaliannya. Karena posisinya yang penting dalam manajemen, pengendalian
merupakan salah satu fungsi manajemen. Dimana pengendalian dalam hal ini adalah
menilai, mengecek, dan memonitor kegiatan pelaksanaan usaha agar sesuai dengan
apa yang direncanakan, dan apabila terjadi penyimpangan dapat segera dilakukan
perbaikan atau penyesuaian.
Dengan demikian tujuan pemasaran adalah
untuk dapat memaksimalisasi kemungkinan perusahaan dalam mencapai tujuan dan sasaran
jangka pendek dan jangka panjang dalam sasaran pasar yang telah ditetapkan.
2.2.Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian evaluasi dan pengendalian pemasaran?
2.
Apa
tujuan dari pengendalian pemasaran?
3.
Bagaimana
ruang lingkup evaluasi dan pengendalian pemasaran?
4.
Bagaimana
sistem pengendalian pemasaran?
5.
Apa
pengertian dan tujuan dari audit pemasaran?
2.3.Tujuan Pembelajaran
1.
Mengetahui
pengertian dari evaluasi dan pengendalian pemasaran.
2.
Mengetahui
tujuan dari pengendalian pemasaran.
3.
Mengetahui
bagaimana ruang lingkup evaluasi dan pengendalian pemasaran.
4.
Mengetahui
sistem pengendalian pemasaran.
5.
Mengetahui
pengertian dan tujuan dari audit pemasaran.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1.Pengertian Evaluasi Pengendalian Pemasaran
Evaluasi
adalah suatu penilaian dalam perusahaan dimana dapat juga diartikan sebagai
proses pengukuran strategi yang digunakan dalam upaya mencapai tujuan
perusahaan.
Pengendalian
pemasaran dilakukan dengan mengamati, memonitori, mengecek, dan membandingkan
kinerja pemasaran dengan strategi-strategi pemasaran yang telah kita buat
sebelumnya.
Pengendalian
pemasaran menjadi dasar yang penting bagi keberhasilan usaha dibidang
pemasaran. Dengan demikian, Evaluasi Pengendalian pemasaran adalah suatu
penilaian, pengecekan dan memonitor usaha-usaha pemasaran dan penjualan
perusahaan yang telah dilakukan agar sesuai dengan apa yang telah direncanakan
dan digunakan sehingga dapat menghasilkan hasil yang optimal dalam mencapai
tujuan perusahaan. Dengan demikian evaluasi sama dengan pengendalian pemasaran.
Strategi
pemasaran yang dibuat tentu belum dapat dipastikan menjadi kenyataan. Karena
ada unsur ketidak pastian dalam pelaksanaan, maka strategi yang di susun harus
selalu dikendalikan. Pengendalian pemasaran dilakukan dengan membandingkan
realisasi dan rencana pemasaran yang disusun. Hasil yang tidak sama, baik
terlalu besar di atas target, merupakan penyimpangan yang perlu mendapatkan
perhatian. Oleh karena itu pengendalian pemasaran semata-mata dimaksudkan agar
dapat diketahui kemajuan peiaksanaan, hambatan yang ditemui oleh faktor
penunjang apa yang dibutuhkan untuk kelancaran kegiatan pemasaran. Di samping
itu akan dengan cepat diketahui bila ada penyimpangan, penyebabnya untuk
selanjutnya di buat tindakan perbaikan.
Ø Usaha memberikan petunjuk pada para pelaksana
agar mereka selalu bertindak sesuai dengan rencana, meliputi :
- Penentuan Standard
- Supervisi kegiatan atau pemeriksaan
- Perbandingan hasil dengan Standard
- Kegiatan mengkoreksi Standard
Menetapkan Mengukur Mengevaluasi Mengambil
sasaran kinerja kinerja tindakan perbaikan
Apa yang ingin dicapai?
|
Apa yang terjadi?
|
Mengapa hal ini terjadi
|
Apa yang harus kita lakukan mengenai hal
tersebut
|
Gambar 2. Proses pengevaluasian
kegiatan pemasaran
1.2.Tujuan Pengendalian Pemasaran
Tujuan
dari pengendalian pemasaran adalah untuk memaksimalkan probabilitas rumah sakit
dalam mencapai tujuannya. Banyak hal tidak terduga dijumpai pada saat
pelaksanaan rencana. Hal-hal ini memerlukan respons atau penyesuaian agar
pencapaian tujuan tetap dapat dijamin. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
sistem pengendalian pemasaran merupakan bagian tidak terpisahkan dari sistem
perencanaan pemasaran.
Terdapat
3 Jenis pengendalian pemasaran yaitu:
1.
Pengendalian
Rencana Tahunan
Pengenalian
rencana tahunan adalah langkah-langkah yang diambil selama tahun berjalan untuk
memantau dan mengoreksi penyimpangan-penyimpangan kinerja dalam pelaksanaan
rencana pemasaran. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa dalam tahun berjalan
rumah sakit masih dalam koridor yang benar untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan oleh rencana tahunan. Pengendalian rencana tahunan dilakukan dengan
melaksanakan empat langkah, yaitu (1) menetapkan tujuan jangka pendek (bulanan
atau tribulanan), (2) memantau kinerja atau hasil-hasil yang dicapai, (3)
mendiagnosis penyebab dari penyimpangan-penyimpangan yang dijumpai, dan (4)
melakukan tindakan koreksi untuk mengatasi penyimpangan.
Dengan
dilaksanakannya pengendalian semacam ini, maka manajemennya disebut sebagai
manajemen berdasar sasaran (management by objectives). Apa yang digunakan untuk
mengetahui kemajuan dalam pencapaian tujuan? Ada empat cara yang dapat
dilakukan, yaitu: (a) analisis pencapaian, (b) analisis pangsa pasar, (c)
analisis perbandingan biaya pemasaran dan pendapatan, dan (d) pengecekan sikap
pasar.
a.
Analisis
pencapaian
Analisis
pencapaian adalah upaya untuk mengukur dan mengevaluasi pencapaian berkaitan
dengan target yang telah ditetapkan untuk kurun waktu tertentu (misalnya
sebulan atau triwulan). Jika misalnya secara keseluruhan sedikit sekali
pengunjung pelayanan imunisasi hepatitis, atau jika sedikit sekali pengunjung
dari kecamatan-kecamatan tertentu, maka harus dicari penyebabnya. Dalam hal ini
manajer seyogianya tidak buru-buru membuat kesimpulan sendiri, tanpa dilakukan
riset pemasaran. Sedikitnya pengunjung bisa disebabkan oleh berbagai
kemungkinan misalnya: mahalnya tarif, rendahnya minat untuk imunisasi,
banyaknya keperluan lain diluar imunisasi dan lain-lain. Masing-masing penyebab
tentu membutuhkan tindakan koreksi yang berbeda. Penyebab yang pasti hanya
dapat diperoleh melalui sebuah penelitian.
b.
Analisis
pangsa pasar
Rumah
sakit seyogianya secara berkala melakukan tinjauan terhadap posisinya dibanding
rumah sakit-rumah sakit lainnya. Misalnya dalam hal pelayanan imunisasi
hepatitis (sebagai contoh dalam hal ini). Untuk itu tentu harus diupayakan
diperolehnya data kunjungan (misalnya untuk imunisasi hepatitis) dari rumah
sakit-rumah sakit lain. Jika dalam bulan ini RSU Kartika mendapat kunjungan 150
orang,sedangkan rumah sakit-rumah sakit pesaing yaitu RSU Medika 50 orang, RSU
Madani 75 orang dan RSU Bineka 25 orang, maka berarti RSU Kartika masih
memimpin dalam hal pelayanan imunisasi hepatitis.
c.
Analisi
perbandingan biaya pemasaran dan pendapatan
Pengendalian
rencana tahunan juga dilakukan dengan membandingkan biaya total yang
dikeluarkan untuk pemasaran atau biaya untuk komponen-komponen pemasaran (biaya
iklan, biaya riset pemasaran, biaya administrasi dan lain-lain) dengan
pendapatan. Hal ini terutama untuk mengetahui apakah rumah sakit tidak
berlebihan dalam membiayai kegiatan pemasarannya. Rasio yang tepat akan
diperoleh jika dilakukan pergeseran biaya dan dilihat dampak pergeseran
initerhadap pendapatan yang diperoleh.
d.
Pengecekan
sikap pasar
Akan
lebih baik jika rumah sakit juga secara berkala melakukan pengecekan sikap
klien/pasien terhadap pelayanan rumah sakit (dalam hal ini misalnya pelayanan
imunisasi hepatitis). Jika sikap klien/pasien cenderung negatif, maka hal ini
merupakan isyarat akan menurunnya jumlah kunjungan. Dengan mengetahui hal ini
secara dini, rumah sakit akan dapat melakukan tindakan pencegahan secara dini
pula. Sikap pasar ini pula dapat diperoleh melalui sistem pemantauan yang
dirancang dengan baik, seperti dengan penyediaan kotak pengaduan dan saran,
penyelenggaraan panel/diskusi klien/pasien, survei kepuasan klien/pasien.
2. Pengendalian Profitabilitas
Di
samping pengendalian rencana tahunan, rumah sakit juga perlu secara periodik
melakukan riset untuk menentukan laba atau kerugian yang sesungguhnya dari
setiap unit/bagian atau setiap pelayanan. Dengan demikian akan dapat diketahui
unit-unit/bagian-bagian atau pelayanan-pelayanan apa yang mendatangkan laba dan
apa yang selalu merugi. Hasil identifikasi ini dapat digunakan untuk menghitung
subsidi silang antar unit/ bagian atau antar pelayanan.
Pengendalian
profitabilitas memang tidak ditujukan untuk menghentikan pelayanan yang kurang
menguntungkan dan mengembangkan yang menguntungkan. Selain itu acuan membuat
subsidi silang, pengendalian profitabilitas digunakan sebagai acuan untuk
efisiensi dan efektivitas. Yaitu untuk meningkatkan kinerja pelayanan dan
menekan biaya agar tidak terjadi pemborosan.
3. Pengendalian Strategis
Dari
waktu ke waktu, rumah sakit perlu melakukan tinjauan kritis terhadap kinerja
pemasaran secara keseluruhan. Pemasaran adalah salah satu dari bidang-bidang di
mana tujuan, kebijakan, strategi, dan program kegiatan cepat menjadi usang atau
ketinggalan zaman (obsolete).
Perangkat
yang digunakan dalam dalam hal ini adalah audit pemasaran. Menurut Kotler dkk
(1977), audit pemasaran adalah pemeriksaan berkala yang menyeluruh, sistematis,
dan independen terhadap lingkungan, tujuan, strategi, dan kegiatan, untuk
menentukan permasalahan dan peluang-peluang serta merekomendasikan
tindakan-tindakan guna meningkatkan kinerja pemasaran. Dari definisi tersebut
tersirat adanya empat ciri dari audit pemasaran, yaitu: (a) menyeluruh
(komprehensif), (b) sistematik, (c) independen, dan (d) berkala.
a.
Menyeluruh. Adanya audit pemasaran harus mencakup semua
isu utama pemasaran yang dihadapi rumah sakit. Jika yang dicakup hanya tenaga
pelayanan, atau proses penetapan tarif, atau kegiatan lain, maka auditnya
disebut audit fungsional.
b.
Sistematik.
Artinya audit pemasaran terdiri atas langkah-langkah diagnostik yang berurutan mencakup
diagnosis terhadap lingkungan, diagnosis terhadap kegiatan-kegiatan pemasaran
tertentu. Diagnosis ditindaklanjuti dengan rencana tindakan koreksi baik jangka
pendek maupun jangka panjang guna meningkatkan kinerja pemasaran secara
keseluruhan.
c.
Independen. Artinya audit pemasaran harus diselenggarakan
oleh pihak di dalam atau diluar rumah sakit yang memiliki cukup kemandirian,
sehingga dapat dijamin onjektivitas dan kepercayaannya. Pihak di dalam rumah
sakit yang dapat melakukan audit pemasaran ini misalnya adalah Unit Satuan
Pengawasan Internal (SPI).
d.
Berkala. Artinya audit pemasaran harus dilaksanakan
secara berkala, bukan hanya pada saat terjadi krisis.
1.3.Ruang Lingkup Pengendalian Pemasaran
Ruang
lingkup pengendalian pemasaran adalah
1.
Pengendalian
efektifitas program pemasaran
Pengendalian
ini dilakukan secara berkala atau periodik, yang umumnya tahunan atau kwartalan
untuk menilai efektifitas program atau rencana yang telah dibuat, dan bila
diperlukan penyempurnaan atau koreksi. Yang bertaggung jawab atas pengendalian
fektifitas program ini adalah top manajemen dan midle manajemen. Tujuan
pngendalian ini adalah untuk mengetahui apakah sasaran yang telah ditetapkan
dapat efektif. Pendekatan yang sring dilakukan adalah analisis penjualan,
analisis share pasar, analisis rasio penjualan dan biaya, analisis keuangan dan
evaluasi sikap.
2.
Pengendalian
strategi pemasaran
Pengendalian
strategis adalah tugas untuk menjamin bahwa tujuan, strategi dan sistem
pemasaran perusahaan secara optimal diselaraskan dengan lingkungan pemasaran
yang diramalkan nanti dan yang sekarang. Suatu perangkat yang dikenal sebagai
instrumen untuk menilai efektivitas pemasaran menunjukkan profil efektivitas
pemasaran di seluruh divisi atau perusahaan dalam hal; filsafat
pelanggan,organisasi pemasaran, informasi pemasaran, perencanaan strategis dan
efisiensi operasional. Perangkat lain,yang dikenal sebagai audit pemasaran,
merupakan suatu pengamatan berkala, bebas, sistematis dan menyeluruh terhadap
lingkungan, tujuan-tujuan, strategi-strategi dan kegiatan-kegiatan pemasaran
perusahaan. Tujuan audit pemasaran adalah untuk menentukan bidangmasalah
pemasaran dan merekomendasikan rencana tindakan koreksi bersifat jangka panjang
maupun jangka pendek guna meningkatkan efektivitas pemasaran secara menyeluruh
dari organisasi tersebut.
3.
Pengendalian
kuntungan dan rentabilitas usaha pemasaran
Pengendalian atas profitabilitas adalah tugas untuk menentukan profitabilitas yang sebenarnya mengenai produk perusahaan, wilayah, pangsa pasar dan saluran niaga. Analisis kemampuan pemasaran mengungkapkan kegiatan pemasaran yang lebih lemah, meskipun tidak menunjukkan apakah unit-unit yang lebih lemah itu harus didukung atau dihilangkan.
Pengendalian atas profitabilitas adalah tugas untuk menentukan profitabilitas yang sebenarnya mengenai produk perusahaan, wilayah, pangsa pasar dan saluran niaga. Analisis kemampuan pemasaran mengungkapkan kegiatan pemasaran yang lebih lemah, meskipun tidak menunjukkan apakah unit-unit yang lebih lemah itu harus didukung atau dihilangkan.
4. Pengendalian efisiensi pemasaran
Pengendalian
efisiensi merupakan tugas untuk meningkatkan efisiensi kegiatan pemasaran,
seperti misalnya: penjualan personal/perorangan periklanan, promosi penjualan
dan distribusi. Paramanajer harus mengamatirasio-rasio penting tertentu yang
menunjukkan seberapa jauh fungsi-fungsi tadi dilaksanakan secara efektif.
Manajer juga harus memperkenalkan sumber-sumber pemasaran untuk meningkatkan
prestasi.
1.4.Sistem Pengendalian Pemasaran
Pada
dasarnya sistem pengendalian pemasaran ada dua yaitu sistem pengendalian
terbuka ( Open system ) dan sistem tertutup ( Clossed Systm ) . dalam sistem
pengendalian terbuka semua pejabat atau pelaksana dibidang pemasaran mempunyai
wewenang yang terbatas. Semua masalah yang dihadapi dilaporkan dulu pada
atasan, dan atasanlah yang mengambil keputusan. Oleh karena itu semua hal yang
diputuskan oleh atasan yaitu menejer pemsaran, maka kegiatan atau masalah harus
diketahui oleh atasan tersebut.
Sedangakan
sistem pengendalian tertutup semua petugas di bidang pemasaran diberikan
wewenang untuk memutuskan ssuai dengan petunjuk atau pengarahan dari atasannya
masing-masing. Jadi tenaga pemasaran diharapkan diharapkan mempu mengatasi
masalahnya sendiri sebelum dilaporkan pada atasannya. yang tidak dapat
diputuskan.
Namun
pada sudut pandang lain terdapat sistem pengndalian pemasaran lain yakni
Pengendalian pemasaran merupakan lanjutan yang wajar dari perencanaan,
organisasi dan pelaksanaan pemasaran. Meskipun sistem pengendalian harus dibuat
sesuai dengan situasi yang khusus, tetapi sistem pengendalian mengikuti proses
dasar yang sama, biasanya mengikuti enam langakah sebagai berikut :
·
Menentukan
apa yang dikendalikan
·
Menetapkan
standar
·
Mengukur
kinerja
·
Membandingkan
kinerja dengan standar
·
Menentukan
alasan penyimpangan
·
Melakukan
tindakan koreksi
Langkah
pertama sistem umpan balik secara sederhana mengukur keluaran dari proses dan
menjadikan masukan dari tindakan korektif untuk memperoleh keluaran yang
diinginkan. Konsekuensi dari penggunaan sistem pengendalian umpan balik adalah
bahwa keberlangsungan kinerja yang tidak memuaskan sampai kesalahan fungsi
ditemukan. Salah satu teknik untuk mengurangi masalah yang berhubungan dengan
pengendalian umpan balik adalah pengendalian umpan ke depan. Sistem umpan ke
depan memantau masukan ke dalam sebuah proses untuk memastikan apakah masukan
sesuai dengan yang direncanakan, jika tidak maka masukan atau mungkin proses
diubah agar memperoleh hasil yang diinginkan.
Langkah
kedua dalam proses pengendalian adalah membangun standar. Standar pengendalian
merupakan sebuah target yang terhadapnya kinerja nantinya akan dibandingkan.
Standar merupakan kriteria yang memungkinkan manajer untuk mengevaluasi
tindakan yang lalu, saat ini dan masa depan. Standar merupakan diukur dalam
berbagai cara, mencakup bentuk secara fisik, kuantitatif dan kualitatif. Lima
aspek kinerja dapat dikelola dan dikendalikan, yaitu jumlah, kualitas, waktu,
biaya dan perilaku. Masing-masing aspek pengendalian, mungkin membutuhkan
pengelompokan tambahan. General Electric menggunakan delapan jenis standar,
yaitu standar profitabilitas, standar posisi pasar, standar produktivitas,
standar kepemimpinan produk, standar pengembangan sumberdaya manusia, standar
sikap karyawan dan standar pertanggungjawaban publik.
Langkah
ketiga adalah mengukur kinerja pemasaran. Kinerja aktual harus dibandingkan
dengan standar. Di beberapa tempat, langkah ini kemungkinan diperlukan hanya
untuk pengamatan visual. Di situasi yang lainnya, penentuan secara teliti diperlukan.
Banyak macam pengukuran untuk fungsi pengendalian didasarkan pada beberapa
bentuk standar secara historis.
Langkah
keempat adalah membandingkan kinerja aktual dengan standar. Jika
langkah-langkah sebelumnya telah berjalan baik, maka membandingkan kinerja
dengan standar akan menjadi lebih mudah. Meskipun, kadang-kadang membandingkan
kinerja dengan standar ini sulit untuk membuat perbandingan yang diperlukan,
misalnya standar perilaku. Beberapa penyimpangan dari standar dapat dibenarkan,
karena kondisi lingkungan yang berubah dan alasan lainnya.
Langkah kelima dari proses pengendalian melibatkan penggalian ”mengapa kinerja menyimpang dari standar?”. Karena penyimpangan dapat bergeser menuju sasaran organisasi yang dipilih. Terutama, organisasi membutuhkan untuk mencari penyimpangan baik yang datang dari internal maupun perubahan eksternal di antara pengendalian organisasi.
Langkah kelima dari proses pengendalian melibatkan penggalian ”mengapa kinerja menyimpang dari standar?”. Karena penyimpangan dapat bergeser menuju sasaran organisasi yang dipilih. Terutama, organisasi membutuhkan untuk mencari penyimpangan baik yang datang dari internal maupun perubahan eksternal di antara pengendalian organisasi.
Langkah
berikutnya dalam proses pengendalian adalah menentukan kebutuhan untuk
melakukan tindakan koreksi. Paramanajer pemasaran dapat memilih dari tiga hal,
yaitu:
·
Tidak
melakukan apa-apa
·
Melakukan
revisi standar
·
Melakukan
koreksi kinerja aktual
Tidak melakukan apa-apa dapat dilakukan jika kinerja secara meyakinkan sesuai dengan standar. Bila standar tidak sesuai, maka manajer harus secara hati-hati menilai alasan mengapa dan mengambil tindakan koreksi. Lebih dari itu, kebutuhan untuk mengecek standar secara periodik untuk memastikan bahwa standar dan dihubungkan dengan ukuran kinerja masih relevan untuk masa yang akan datang. Akhirnya manajer harus memutuskan tindakan untuk mengoreksi kinerja, bila terjadi penyimpangan. Tindakan koreksi bergantung pada penemuan penyimpangan dan kemampuan untuk mengambil tidakan penting dibutuhkan. Seringkali kasus nyata penyimpangan harus ditemukan sebelum tindakan koreksi akan diambil. Karena penyimpangan bergeser dari sasaran yang tidak realistis ke strategi yang salah.
1.5.Audit Pemasaran
Audit
pemasaran adalah Suatu alat utama untuk melakukan pengendalian strategik. Dimana audit pemasaran merupakan
pemeriksaan dan penilaian secara kritis, sistematis dan analisis atas
pelaksanaan kebijakan dibidang pemasaran. Audit memberikan masukan yang baik
untuk merencanakan tindakan perbaikan presentasi kerja pemasaran.
Audit
pemasaran mencakup seluruh bidang sasaran utama dari suatu bisnis, bukan
terbatas pada beberapa masalah yang muncul. Biasanya audit pemasaran dilakukan
oleh pihak lain yang obyektif, berpengalaman dan independen terhadap departemen
pemasaran.
Audit
pemasaran dilaksanakan oleh auditor dengan menghimpun informasi yang penting
guna mengevaluasi kinerja pemasaran dari rumah sakit. Auditor ini mengumpulkan
data sekunder dan juga mewawancara para manajer, klien/pasien, petugas
pelayanan, dan lain-lain, yang diperkirakan dapat memberi petunjuk tentang
kinerja pemasaran rumah sakit. Dalam hal ini auditor tidak boleh hanya
menggantungkan diri pada pendapat manajemen internal, tetapi harus juga
menghimpun pendapat dan penilaian pihak luar.
Auditor
akhirnya akan menyampaikan rekomendasi berupa tindakan-tindakan jangka pendek
untuk meningkatkan kinerja pemasaran rumah sakit.
Tujuan
dari audit pemasaran yaitu:
1.
Memeriksa
dan meninjau kembali kebijakan (policies), rencana, ketentuan strategis, dan
pelaksanaan kegiatan bidang pemasaran.
2.
Menilai
apakah para pelaksana melaksanakan kebijakan, rencana, ketentuan, strategi yang
telah ditetapkan.
Misalnya menilai apakah rumah sakit berkinerja secara optimal/tidak.
3.
Sebagai
alat manajemen untuk dapat memperoleh rekomendasi dari segi peningkatan
efektifitas dan efesiensi kegiatan dibidang pemasaran.
4.
Sebagai
alat bagi pengukuran.
www.medkes.net
www.fkmunsrat.ac.id
www.medkes.net
www.fkmunsrat.ac.id
Komentar
Posting Komentar