Need dan Demand bagi Pelayanan Kesehatan dalam Ekonomi Kesehatan
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa karena
berkat rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Ekonomi
Kesehatan dengan Judul Need And Demand Bagi Pelayanan Kesehatan. Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Ekonomi Kesehatan.
Keberhasilan
kami menyelesaikan Makalah ini adalah berkat bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak serta keteguhan hati kami, meskipun banyak hambatan yang di hadapi oleh
kami, namun semua menjadi pelajaran dan pengalaman yang berkesan. Dalam
kesempatan ini perkenankanlah kami menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya atas dorongan dan bantuan yang diterima oleh kami sampai
dengan menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu saran dan kritik yang
membangun, sangat kami harapkan dari pembaca demi menyempurnakan makalah ini.
Harapan kami semoga Penyusunan makalah ini diterima
dan dimengerti serta bermanfaat bagi kami khususnya untuk Pembaca.
Manado, 30 Agustus 2017
Kelompok 4
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar......................................................................................................................1
Daftar Isi...............................................................................................................................2
Bab I : Pendahuluan............................................................................................................
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................4
1.3 Tujuan.................................................................................................................4
Bab II : Pembahasan............................................................................................................
2.1 Definisi Demand Pelayanan Kesehatan............................................................5
2.2 Definisi Need Pelayanan Kesehatan..................................................................7
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Demand Pelayanan Kesehatan.................8
2.4 Elastisitas Pelayanan Kesehatan.......................................................................11
Kata Pengantar......................................................................................................................1
Daftar Isi...............................................................................................................................2
Bab I : Pendahuluan............................................................................................................
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................4
1.3 Tujuan.................................................................................................................4
Bab II : Pembahasan............................................................................................................
2.1 Definisi Demand Pelayanan Kesehatan............................................................5
2.2 Definisi Need Pelayanan Kesehatan..................................................................7
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Demand Pelayanan Kesehatan.................8
2.4 Elastisitas Pelayanan Kesehatan.......................................................................11
2.5 Kelemahan Analisis
Demand Untuk Rumah Sakit…………………………...13
Bab III : Penutup......................................................................................................................
3.1 Kesimpulan............................................................................................................14
Daftar Pustaka.........................................................................................................................15
Bab III : Penutup......................................................................................................................
3.1 Kesimpulan............................................................................................................14
Daftar Pustaka.........................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada
dasarnya kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan tinggi rendahnya
standar hidup seseorang. Status kesehatan yang baik dibutuhkan oleh manusia
untuk menopang semua aktivitas hidup. Setiap individu akan berusaha mencapai
status kesehatan tersebut dengan menginvestasikan dan atau mengkonsumsi sejumlah
barang dan jasa kesehatan. Maka untuk mencapai kondisi kesehatan yang baik
tersebut dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula.Teori ekonomi mikro tentang permintaan (demand)
jasa pelayanan kesehatan menyebutkan bahwa harga berbanding terbalik dengan
jumlah permintaan jasa pelayanan kesehatan. Teori ini mengatakan bahwa jika
jasa pelayanan kesehatan merupakan normal good, makin tinggi income keluarga
maka makin besar demand terhadap jasa pelayanan kesehatan
tersebut. Sebaliknya jika jenis jasa pelayanan kesehatan tersebut merupakaninferior good, meningkatnya
pendapatan keluarga akan menurunkan demand terhadap jenis jasa
pelayanan kesehatan tersebut.
Nilai
guna pelayanan kesehatan dapat dilihat dari kualitas pelayanan kesehatan
sehingga akan membentuk sebuah kepuasan pelanggan. Kualitas
pelayanan kesehatan bersifat multi dimensi. Ditinjau dari pemakai jasa
pelayanan kesehatan (health consumer) maka pengertian kualitas
pelayanan lebih terkait pada ketanggapan petugas
memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi antara petugas dengan
pasien, keprihatinanserta keramahtamahan
petugas dalam melayani pasien, kerendahan hati dan
kesungguhan.Ditinjau dari penyelenggara pelayanan kesehatan (health
provider) maka kualitas pelayana lebih terkait pada kesesuaian pelayanan yang diselenggarakan denganperkembangan ilmu dan
teknologi kedokteran mutakhir.Hal ini terkait pula
dengan otonomi yang dimiliki oleh masing-masing profesi dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana
Definisi Demand Dalam Pelayanan Kesehatan?
2. Bagaimana
Definisi Need Dalam Pelayanan Kesehatan?
3. Apa
Saja Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Demand Pelayanan Kesehatan?
4. Bagaimana
Elastisitas Demand Pelayanan Kesehatan?
5. Apa Kelemahan Analisis
Demand Untuk Rumah Sakit?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui definisi dari demand dalam pelayanan kesehatan
2. Untuk
mengetahui definisi dari need dalam pelayanan kesehatan
3. Untuk
mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi demand pelayanan kesehatan
4. Untuk
mengetahui konsep elastisitas demand pelayanan kesehatan
5. Untuk Mengetahui Kelemahan Analisis
Demand Untuk Rumah Sakit
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi Demand Pelayanan Kesehatan
Ada dua pendekatan yang
digunakan untuk membahas permintaan terhadap pelayanan kesehatan. Yang pertama
ialah the agency relationship atau dikenal juga dengan supllier
induced demand model. Sedangkan pendekatan yang kedua adalahinvestment
model yang diajukan oleh Grossman (1972a-1972b).
Perbedaan yang utama diantara dua pendekatan tersebut
adalah terletak pada asumsinya tentang kedudukan pasien dalam model demand
tersebut. Pada pendekatan pertama dikatakan peranan pasien sangat kecil
dibandingkan peranan ahli kesehatan. sementara Grossman mengatakan bahwa si
pasien cukup memiliki informasi dan kebebasan dalam menentukan demandnya
sendiri.
A. Demand
Menurut Model Agency Relationship
Dalam pendekatan ini dokter bertindak sebagai agen bagi
pasiennya yang kurang mempunyai informasi tentang segala sesuatu yang
menyangkut pelayanan kesehatan. Kejadian ini tiada lain disebabkan oleh sifat
komoditi pelayanan kesehatan yang akhirnya mengacu kepada situasi di mana
dokterlah yang secara efektif sering bertindak untuk melakukan permintaan (demanding).Untuk
menunjang hubungan tersebut dapat beroperasi secara efisien, menurut Artells
(1981) diperlukan tiga kelompok informasi yaitu:
1) Pengetahuan
dasar mengenai masalah-masalah medis, yaitu suatu bentuk informasi yang pada
dasarnya pasien tidak harus memikirkannya. Informasi ini menyangkut pengetahuan
khusus untuk melakukan penilaian status kesehatan dan mengidentifikasikan
perawatan apa saja yang tersedia.
2) Keterangan
tentang keadaan pasien, yang meliputi pengetahuan tentang simptom pasien,
sejarah kesehatan dan keadaan lingkungan pasien sehingga memungkinkan dokter
untuk menerapkan ilmu kedokterannya terhadap kasus yang saat ini tengah dia
temui pada pasiennya. Juga yang termasuk dalam informasi ini adalah posisi
keuangan pasien dan sumber keuangan lainnya yang dia miliki.
3) Informasi
tentang penilaian pasien sendiri mengenai penyakit yang tengah dideritanya.
Pada penilaian ini termasuk di dalamnya preferensi pasien atas berbagai
alternatif perawatan yang tersedia, sikapnya dalam menghadapi risiko dan
penilaiannya atas kemungkinan trade-off dari beraneka dimensi keadaan sehat.
Di
balik agency relationship hubungan individuil antara si dokter dan si pasien,
masih ada bentuk hubungan lain yang melibatkan grup dokter (dengan atau grup
ahli medis lainnya seperti perawat, bidan, dan sebagainya) dengan grup pasien
yang menjadi tanggung jawab mereka semua.
B. Demand
Menurut Model Grossman
Model
Grossman merupakan konsep dimana lebih menekankan terhadap demand pelayanan
kesehatan melalui investasi, asuransi, dan lain sebagainya yang berhubungan
dengan kesehatan demi mencapai keadaan sehat.
Grossman juga menguraikan bahwa demand untuk kesehatan memeliki
beberapa hal yang membedakan dengan pendekatan tradisional demand dalam sector
lain :
1. Yang
diinginkan masyarakat atau konsumen adalah kesehatan, bukan pelayanan
kesehatan, pelayanan kesehatan merupakan derived demand sebagai input untuk
menghasilkan kesehatan. Dengan demikian demand untuk pelayanan rumah sakit
umumnya berbeda dengan demand untuk pelayanan hotel.
2. Masyarakat
tidak memebeli kesehatan dari pasar secara pasif. Masyarakat menghasilkannya,
menggunakan waktu untuk usaha-usaha peningkatan kesehatan, disamping
menggunakan pelayana kesehatan.
3. Kesehatan
dapat dianggap sebgai bahan investasi karena tahan lama dan tidak
terdepresisasi dengan segera.
4. Kesehatan
dapat dianggap sebagai bahan konsumsi sekaligus sebagai bahan investasi.
2.2
Definisi Need Pelayanan Kesehatan
Need terhadap pelayanan
kesehatan merupakan fungsi dari need terhadap kesehatannya sendiri; dengan
didasari oleh pengalaman yang selama itu dilalui oleh seseorang. Dalam berbagai
perdebatan tentang need, cenderung terjadi salah kaprah dan melupakan
keterkaitan di antara keduanya. Banyak perdebatan yang sering tidak jelas
memakai istilah need tersebut. Dan bahkan ada yang mengaburkan pendengarnya
tentang need mana yang dimaksudkan oleh pembicara. Bagi para ekonom, need
adalah sesuatu pengertian yang evaluatif dan normatif, yaitu yang mempunyai
suatu objek yang melandasinya.
Dalam setiap pembahasan
tentang total need, maka yang perlu digarisbawahi ialah bahwa tidak seluruh
need akan dapat dipenuhi. Dengan demikian akan terdapat sebuah ranking need,
dalam pengertian-ceteris paribus- kita akan lebih memilih satu need untuk
dipenuhi dibanding need yang lain, bila need yang dipilih tadi akan memberikan
manfaat yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak dipilih. Tapi mungkin
asumsi ceteris paribus tadi tidak dapat terpenuhi. Khususnya bila dikaitkan
dengan persoalan biaya. Dengan konsep opportunity cost yang telah ada jelas
bahwa pemilihan need mana yang akan dipenuhi akan harus merupakan bagian dari
fungsi biayanya. Itu berarti dalam rangka memenuhi suatu need tidak perlu
mekanisme yang paling efektif yang harus dipilih. Sekali lagi kemungkinan untuk
memenuhi suatu need merupakan fungsi dari biaya dan manfaat yang terkandung
dibelakangnya; yaitu biaya dan manfaat yang marjinal. Need bukan merupakan
suatu yang absolut maupun terbatas. Need adalah sesuatu yang dinamis dan
cenderung untuk terus tumbuh bersama dengan berjalannya waktu. Dan dalam kasus
ini pertumbuhan need tersebut akan bisa dilihat merupakan sebagian
dari perkembangan penawaran fasilitas pelayanan kesehatan.
Dapat diambil beberapa ide
pokok yang berkaitan dengan uraian tentang need :
1. Need
tidak selalu harus dijelaskan dengan tanpa mempertimbangkan apakah hasil akhir
yang ingin dicari serta jenis pelayanan kesehatan manakah yang dijadikan
instrumennya.
2. Pengabaian
kemungkinan pertukaran dalam rangka memenuhi suatu need nampaknya akan
merupakan persoalan awal dari timbulnya masalah ketidakefisienan.
3. Bagaimanapun
kita mendefinisikan need maka hampir selalu timbul usaha bagi pihak ketiga yang
terlibat ke dalam proses penilaian; berbeda halnya dengan demand di mana
konsumenlah yang berdaulat (sovereign).
4. Need
tidak absolut.
5. Need
harus diranking dan juga harus dihitung.
6. Kontribusi
utama dari ilmu ekonomi ke dalam needology diderivasikan dari pasar pengertian
bahwa need mana yang akan dipenuhi akan tergantung sekali dengan biaya-manfaat
untuk memenuhi need tersebut.
2.3
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Demand Pelayanan Kesehatan
Menurut Fuchs (1998), Dunlop dan Zubkoff (1981)
faktor-faktor yang mempengaruhi demand pelayanan kesehatan antara lain :
1. Kebutuhan
Berbasis Fisiologis
Kebutuhan berbasis pada
aspek fisiologis menekankan pentingnya keputusan petugas medis yang menentukan
perlu tidaknya seseorang mendapat pelayanan medis. Keputusan petugas medis ini
akan mempengaruhi penilaian seseorang akan status kesehatannya. Dengan keadaan
seperti ini demand terhadap pelayanan kesehatan dapat
ditingkatkan atau dikurangi. Faktor-faktor ini dapat diwakilkan dalam pola
epidemiologi yang seharusnya diukur berdasarkan kebutuhan masyarakat. Namun,
data epidemiologi yang ada sebagian besar menggambarkandemand, bukan
kebutuhan (needs).
2. Penilaian
Pribadi akan Status Kesehatan
Secara sosio-antropologis,
penilaian pribadi akan status kesehatan dipengaruhi oleh kepercayaan, budaya,
dan norma-norma sosial di masyarakat. Indonesia sebagai negara Timur sejak
dahulu telah mempunyai pengobatan alternatif dalam bentuk pelayanan dukun
ataupun tabib. Pelayanan ini sudah berumur ratusan tahun sehingga dapat dilihat demand terhadap
pelayanan pengobatan alternatif ada dalam masyarakat. Sebagai contoh, untuk
berbagai masalah kesehatan jiwa peranan dukun masih besar. Di samping itu, masalah
persepsi mengenai risiko sakit merupakan hal yang penting.
3. Variabel-Variabel
Ekonomi Tarif
Hubungan tarif dengan
demand terhadap pelayanan kesehatan adalah negatif. Semakin tinggi tarif
maka demand akan semakin rendah. Hubungan negatif ini secara
khusus terlihat pada keadaan pasien yang mempunyai pilihan. Pada pelayanan
rumah sakit, tingkat demand pasien sangat dipengaruhi oleh
keputusan dokter. Keputusan dari dokter mempengaruhi length of stay,
jenis pemeriksaan, keharusan untuk operasi, dan berbagai tindakan medik
lainnya. Pada keadaan yang darurat, butuh penanganan pelayanan segera seperti
kecelakaan yang jika tidak segera ditangani maka pasien akan meninggal atau
cacat seumur hidup, maka faktor tarif mungkin tidak berperan dalam mempengaruhi demand,
sehingga elastisitas harga bersifat inelastik.
Masalah tarif ini merupakan
hal yang kontroversial. Pernyataan normatif di masyarakat memang mengharapkan
bahwa tarif rumah sakit harus rendah agar masyarakat miskin mendapat akses.
Akan tetapi tarif yang rendah dengan subsidi yang tidak cukup dapat menyebabkan
mutu pelayanan turun bagi orang miskin dan hal ini menjadi masalah besar dalam
manajemen rumah sakit.
4. Penghasilan
Masyarakat
Kenaikan penghasilan
keluarga akan meningkatkan demand untuk pelayanan kesehatan
yang sebagian besar merupakan barang normal. Akan tetapi, ada pula sebagian
pelayanan kesehatan yang bersifat barang inferior, yaitu adanya kenaikan
penghasilan masyarakat justru menyebabkan penurunan konsumsi. Hal ini terjadi
pada rumah sakit pemerintah di berbagai kota dan kabupaten. Ada pula
kecenderungan mereka yang berpenghasilan tinggi tidak menyukai pelayanan
kesehatan yang menghabiskan banyak waktu. Hal ini diantisipasi oleh rumah
saikit-rumah sakit yang menginginkan pasien dari golongan mampu untuk
mengasntisipasinya. Contohnya dengan menyediakan layanan rawat jalan dengan
perjanjian. Faktor penghasilan masyarakat dan selera mereka merupakan bagian
penting dalam analisis demand untuk keperluan pemasaran rumah
sakit.
5. Asuransi
Kesehatan dan Jaminan Kesehatan
Pada negara-negara maju,
faktor asuransi kesehatan menjadi penting dalam hal demand pelayanan kesehatan.
sebagai contoh, di Amerika Serikat masyarakat tidak membayar langsung ke
pelayanan kesehatan, tetapi melaui sistem asuransi kesehatan. di samping itu,
dikenal pula program pemerintah dalam bentuk jaminan kesehatan untuk masyarakat
miskin dan orang tua. Program pemerintah ini sering disebut sebagai asuransi
sosial. Adanya asuransi kesehatan dan jaminan kesehatan dapat meningkatkan
demand terhadap pelayanan kesehatan. Dengan demikian, hubungan asuransi
kesehatan dengan demand terhadap pelayanan kesehatan bersifat
positif. Asuransi kesehatan bersifat dapat mengurangi efek faktor tarif yang
menghambat orang-orang yang kurang mampu mendapatkan pelayanan kesehatan.
peningkatan demand ini dipengaruhi pula oleh faktor moral
hazard. Seseorang yang tercakup oleh asuransi kesehatan akan terdorong
menggunakan pelayanan kesehatan sebanyak-banyaknya.
6. Jenis
Kelamin
Penelitian di Amerika
Serikat menunjukkan bahwa demand terhadap pelayanan kesehatan
oleh wanita ternyata lebih tinggi dibanding dengan laki-laki. Hasil ini sesuai
dengan dua perkiraan. Pertama, wanita mempunyai insidensi penyakit yang lebih
tinggi dibanding dengan laki-laki. Kedua, karena angka kerja wanita lebih
rendah maka kesediaan meluangkan waktu untuk pelayanan kesehatan lebih besar
dibanding dengan laki-laki. Akan tetapi, pada kasus-kasus yang bersifat darurat
perbedaan antara wanita dan laki-laki tidaklah nyata.
7. Pendidikan
Seseorang dengan pendidikan
tinggi cenderung mempunyai demand yang lebih tinggi.
Pendidikan yang lebih tinggi cenderung meningkatkan kesadaran akan status
kesehatan, dan konsekuensinya untuk menggunakan pelayanan kesehatan.
Faktor-Faktor Lain yang
mempengaruhi demand pelayanan kesehatan, yaitu:
1. Pengiklanan
Iklan merupakan faktor yang
sangat lazim digunakan dala bisnis komoditas ekonomi untuk meningkatkan demand.
Akan tetapi, sektor pelayanan kesehatan secara tradisional dilarang karena
bertentangan dengan etika dokter dan apabila akan diberikan maka dalam bentuk
informasi mengenai pelayanan rumah sakit. Pelayanan kesehatan tradisional
seperti para tabib, dukun, dan pengobatan alternatif sudah lazim melakukan
iklan di surat kabar dan majalah. Berbagai rumah sakit di Indonesia telah
memperhatikan faktor pengiklanan sebagai salah satu cara peningkatan demand.
2. Tersedianya
Dokter dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tersedianya dokter dan
fasilitas pelayanan kesehatan merupakan faktor lain yang meningkatkan demand.
Fuchs (1998) menyatakan bahwa pada asumsi semua faktor lain tetap, kenaikan
jumlah dokter spesialis bedah sebesar 10% akan meningkatkan jumlah operasi sebesar
3%. Kehadiran dokter gigi akan meningkatkan demand untuk
pelayanan kesehatan mulut. Keberadaan dokter spesialis THT akan
meningkatkan demand untuk operasi tonsilektomi. Kehadiran
dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan dengan peralatan operasi akan
meningkatkan demand untuk pelayanan bedah caesar.
3. Inflasi
Efek inflasi terhadap
demand terjadi melalui perubahan-perubahan pada tarif pelayanan rumah sakit,
jumlah relatif pendapatan keluarga, dan asuransi kesehatan. Faktor ini harus
diperhatikan oleh rumah sakit karena pada saat inflasi tinggi, ataupun pada
resesi ekonomi, demand terhadap pelayanan kesehatan akan dapat terpengaruh.
Pada saat krisis ekonomi di Indonesia, tercatat berbagai rumah sakit di
Yogyakarta tidak mengalami penurunan demand. Justru bangsal-bangsal VIP tidak
menurun penghuninya, bahkan menunjukkan kecenderungan naik. Salah satu dugaan
adalah pasien kaya yang bisa pergi ke Jakarta atau Singapura, mengubah
perilakunya untuk mencari penyembuhan pada rumah sakit di Yogyakarta. Ketika
kasus SARS merebak di Singapura, pengamatan menunjukkan bahwa BOR kelas VIP
sebuah kota besar di Indonesia ternyata meningkat. Ada kemungkinan penduduk
Indonesia yang demand mencari pengobatan biasa ke Singapura, kemudian
mengubahnya ke Indonesia akibat takut terkena SARS.
2.4
Elastisitas Pelayanan Kesehatan
Dalam pengukuran perubahan antara dua momen, hal penting
lain yang perlu dibahas adalah unsur elastisitas. Elastisitas adalah ukuran
derajat kepekaan jumlah permintaan terhadap perubahan salah satu faktor yang
mempengaruhinya. Beberapa macam konsep elastisitas yang berhubungan dengan
permintaan yaitu elastisitas harga dan elastisitas permintaan.
1)
Elastisitas harga
Bila harga bangsal VIP dinaikan 50%, apakah para pengguna
bangsal VIP akan turun 50%, 10%, ataukah turun 75% ? pertanyaan ini sangat
penting terutama bagi konsumen yang mempunyai anggaran terbatas. Kemungkinan
konsumen akan berpindah bangsal kelas I,II, atau menggunakan bangsal VIP di
rumah sakit lain yang tidak naik, cateris paribus. Perbandingan
perubahan persentase ini menghasilkan konsep elastisitas harga yang diukur
dengan formal. Pemakaian
tanda negatif (-) di depan perbandingan untuk menghindari hasil negatif karena
dengan hukum permintaan barang normal apabila terjadi kenaikan harga maka akan
terjadi penurunaan permintaan barang.
Bila £h > 1
berarti bahwa permintaan elastis. Dalam hal ini persentase penurunaan
permintaan lebih besar dibandingkan dengan persentase kenaikan harga dapat
dinyatakan bahwa barang tersebut sangat responsif terhadap kenaikan sehingga
total pengeluaran untuk barang tersebut menjadi turun.
Bila £h < 1 berarti bahwa permintaan
inelastis. Artinya jumlah yang diminta tidak reponsif terhadap kenaikan harga
persentase penurunan permintaan lebih kecil dibandingkan dengan persentase
kenaikan harga. Hasilnya konsumen akan membelanjakan uangnya lebih banyak pada
barang yang inelastis tersebut. Bentuk tengah dari elastisitas adalah
elastistitas tunggal (Unit elastic) ditunjukan oleh £h =
1. Arti elastis tunggal adalah persentase kenaikan harga adalah sama dengan
persentase penurunan permintaan.
Faktor-faktor penentu
elatisitas harga
Menurut kantz and rosen
1998 beberapa faktor yang menentukan elastisitas harga sebagai berikut:
1. Adanya
barang substitusi cenderung mendorong barang lebih elastis. sebagai contoh
orang menganggap rumah sakit swasta sebagai substitusi yang dekat dengan rumah
sakit pemerintah. Jika di rumah sakit pemerintah lebih mahal dan kualitas
pelayanannya yang kurang, maka akan banyak konsumen yang beralih ke rumah sakit
swasta, cateris paribus. Dengan demikian, elastis harga rumah sakit
pemerintah elastis.
2. Elastisitas
tergantung pada beberapa besar bagian dari barang tersebut pada anggaran
konsumen. Secara umum, semakin kecil bagian (fraksi) dari pendapatan yang
dipergunakan untuk membeli barang tersebut, maka elastisitasnya cenderung
semakin kecil, cateris paribus.
3. Elatisitas
harga tergantung pada waktu pengambilan analisis. Waktu pengambilan nilai
elastisitas sangat penting untuk diperhatikan. Sebagai contoh satu minggu
setelah kenaikan harga bangsal VIP kemudian dilakukan pengukuran elastisitas.
Hasilnya kan berbaeda jika dilakukan pengukuran kembali setelah dua bulan
pengukuran berikutnya. Kemungkinan elatisitas akan semakin kurang setelah
masyarakat terbiasa dengan harga baru.
2) Elastisitas
harga silang
Prinsip elastisitas berlaku pula pada barang-banrang
substistusi, dan barang-barang yang bersifat komplementer. Elastisitas harga
secara silang untuk permintaan y terhadap perubahan barang harga z adalah
persentase perubahan permintaan barang x akibat perubahan persentase harga
barang y. secara umum dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
Sebagai catatan, tidak
seperti elastis harga, dalam hal ini tidak tanda negatif pada rumus £xy.
Elastisitas harga silang dapt menjadi positif atau negatif karena kan memberikan
tanda mengenai jenis hubungan barang X dan Y. jika X dan Y bersifat substitusi,
kenaikan terhadap barang Y, maka konsumsi barang X akan meningkat, sehingga £xy
akan positif. Sedangkan apabila X dan Y adalah komplemen maka £xy akan negatif.
Untuk barang-barang yang tidak berhubungan maka £xy akan 0.
3) Elastisitas
pendapatan
Penggunaan kosep elatisitas dapat dipergunakan untuk
menilai dampak perubahan pendapatan (income) seseorang terhadap konsumsi
suatu barang. Elastisitas pendapatan didefiniskan sebagai persentase
perubahanpermintaan terhadap suatu barang dalam hubungannya dengan perubahan
pendapatan (income) nyata konsumen. Secara umum dinyatakan dengan rumus
sebagai berikut:
Seperti elatisitas harga silang, elastisitas pendapatan
dapat positif atau negatif. Untuk barang normal, EI bertanda positif, dan untuk
barang inferior EI bertanda negatif. Barang-barang kebutuhan pokok biasanya
mempunyai £I < 1, sedangkan untuk barang-barng tidak pokok
(barang-barang mewah) £I > 1. Barang-barang mewah mempunyai
ciri menarik yaitu persentase kenaikan pendapatan terkaitdengan persentase
konsumsi barang tersebut dengan besaran yang lebih besar.
2.5
Kelemahan Analisis Demand untuk Rumah Sakit
Analisis
demand dalam rumah sakit mempunyai berbagai kelemahan yang bersumber
pada asumsi perilaku demand pada umumnya. Kelemahan pertama bahwa
masyarakat dapat memilih suatu jasa secara penuh (asas completeness).
Sebagai contoh, pada kasus tindakan bedah appendisitis akut, pasien tidak
mempunyai pilihan untuk membandingkan pelayanan dokter bedah, apalagi pilihan
untuk menunda operasi. Dengan demikian, pilihannya terbatas yaitu diope-rasi
secepat mungkin. Di sektor rumah sakit, akan sulit ditemui adanya pilihan
konsumen yang bersifat independen, bebas, tidak terpengaruh oleh faktor-faktor
lain. Dalam hubungan dokter dengan pasien, pilihan pasien dipengaruhi oleh
dokter. Kasus pemakaian USG merupakan contoh pemakaian alat kesehatan yang
harus atas pengaruh dokter. Pembelian obat dengan resep dokter merupakan contoh
klasik dari tidak adanya pilihan pasien.
Kelemahan analisis demand berikutnya
terkait dengan asumsi non-satiation, konsumen selalu memilih lebih
banyak barang daripada sedikit. Dalam hal konsumsi pelayanan rumah sakit,
seseorang yang normal tentu tidak mengharap ingin tinggal lama di bangsal rumah
sakit atau terus-menerus mengunjungi poliklinik rumah sakit.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara umum keadaan demand
dan need pelayanan kesehatan dapat dilukiskan dalam suatu konsep yang disebut
fenomena gunung es. Konsep ini mengacu pada pengertian bahwa demand yang benar
seharusnya merupakan bagian dari need. Secara konseptual, need akan pelayanan
kesehatan dapat berwujud suatu gunung es yang hanya sedikit puncaknya terlihat
sebagai demand. “sedikit” tersebut bersifat variatif. Di negara-negara maju
mungkin puncak gunung es akan terlihat relatif besar bila dibanding dengan
negara-negara yang masih dalam keadaan miskin. Pelayanan kesehatan tentunya
berusaha agar batas air menjadi serendah mungkin.
Menurut Fuchs (1998),
Dunlop dan Zubkoff (1981) faktor-faktor yang mempengaruhi demand pelayanan
kesehatan antara lain: kebutuhan berbasis pada aspek fisiologis; penilaian
pribadi akan status kesehatannya; variabel-variabel ekonomi seperti tarif, ada
tidaknya sistem asuransi, dan penghasilan; variabel-variabel demografis dan
organisasi. Di samping faktor-faktor tersebut terdapat faktor lain misalnya,
pengiklanan, pengaruh jumlah dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan, dan
pengaruh inflasi. Faktor-faktor ini satu sama lain saling terkait secara
kompleks.
Dalam pengukuran perubahan
antara dua momen, hal penting lain yang perlu dibahas adalah unsur elastisitas.
Elastisitas adalah ukuran derajat kepekaan jumlah permintaan terhadap perubahan
salah satu faktor yang mempengaruhinya. Beberapa macam konsep elastisitas yang
berhubungan dengan permintaan yaitu elastisitas harga dan elastisitas
permintaan.
Analisis demand dalam rumah
sakit mempunyai berbagai kelemahan yang bersumber pada asumsi perilaku demand
pada umumnya. Kelemahan pertama bahwa masyarakat dapat memilih suatu jasa
secara penuh (asas completeness) dan kelemahan analisis demand berikutnya
terkait dengan asumsi non-satiation, konsumen selalu memilih lebih
banyak barang daripada sedikit
DAFTAR
PUSTAKA
Mills,
anna dan lucy Gilson. 1990. Ekonomi Kesehatan Untuk Negara-negara
Sedang Berkembang. Jakarta: Dian Rakyat.
Tjiptoherijanto, Prijono. (1994). Ekonomi
Kesehatan. Jakarta: PT. Rhineka Cipta.
Trisnantoro,
Laksono. 2005. Memahami Penanggulangan Ilmu Ekonomi dalam Menejemen
Rumah Sakit. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
www.jpnn.com/read/2014/09/19/258730/Suami-Meninggal,-Istri-Terima-Rp-2,8-Miliar-dari-BPJS-TK- diunduh
pada tanggal 24-september-2014 pukul 15.40.
https://id.scribd.com/doc/248127167/Need-Dan-Demand-Pelayanan-Kesehatan
http://juniantiahmad20.blogspot.co.id/2016/11/02-makalah-tentang-need-dan-demand-bagi.html www.kebijakankesehatanindonesia.net
www.medkes.net
www.fkmunsrat.ac.id
Komentar
Posting Komentar